Pengaruh Membaca Al-Qur’an Terhadap Psikologis
Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia yang mempengaruhi cara berpikir, merasa, dan bertindak. Dalam konteks yang lebih luas, kesehatan mental berkontribusi pada kemampuan individu untuk menghadapi stres sehari-hari.[1] Di era modern saat ini, kita dihadapkan pada berbagai tantangan kesehatan mental yang semakin meningkat, dipicu oleh berbagai faktor, misalnya tekanan dari lingkungan sosial, ekonomi, dan ketidakmampuan menjaga kesehatan fisik. Agama, khususnya Islam, memainkan peran signifikan dalam mendukung kesehatan mental. Dalam konteks Islam, kesehatan mental tidak hanya dipahami sebagai ketiadaan gangguan mental, tetapi juga sebagai keadaan keseimbangan dan keharmonisan antara individu dengan pencipta, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.[2]
Dalam kehidupan globalisasi saat ini, umat Islam membutuhkan sistem ilmu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, baik material maupun spiritual. Sedangkan ilmu yang ada sekarang belum memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut karena masih mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam. Kenyataan membuktikan bahwa ilmu modern menimbulkan ancaman bagi kelangsungan dan kehidupan umat manusia serta lingkungannya. Umat Islam pernah memiliki suatu peradaban di mana ilmu berkembang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan umat. Oleh karena itu, untuk menciptakan kembali ilmu Islam dalam peradaban yang Islami, perlu dilakukan Islamisasi ilmu.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang mulia. Di dalamnya terdapat petunjuk, nasihat, dan contoh bagi orang-orang yang berpikir. Setiap Muslim hendaknya menjaga kedekatan dengan Al-Qur’an dengan membacanya, memahaminya, serta terus berinteraksi dengannya. Tidak ada waktu yang terlewat kecuali Al-Qur’an selalu bersamanya. Dengan cara seperti itu, ia akan mendapatkan petunjuk dan nasihat dari Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an adalah sebaik-baik penawar hati dan penentram jiwa bagi orang yang membacanya karena di dalamnya mengandung perintah dan hukum-hukum Allah serta mengajak kita untuk beribadah kepada-Nya. Sesuai firman Allah dalam QS. Al-Isra’: 82 yang artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra’: 82).[3]
Pengaruh Al-Qur’an terhadap tubuh seseorang dapat terlihat pada terjadinya bentuk-bentuk perubahan, terutama pada arus listrik otot, urat saraf. Selain itu, perubahan juga terjadi pada daya tangkap kulit terhadap konduksi listrik, sirkulasi darah, detak jantung, kadar darah yang mengalir pada kulit, dan suhu kulit yang kesemuanya saling kait-mengait satu sama lain sehingga perubahan pada satu bagian akan berpengaruh pada bagian-bagian tubuh yang lain.
Dampak yang paling fundamental ketika seseorang melakukan rutinitas membaca Al-Qur’an adalah ia akan mendapatkan ketenangan jiwa dan kedamaian hati. Jika jiwa dalam keadaan tenang, maka ketika seseorang yang terkena suatu masalah, ia akan menyikapinya dengan tenang pula sehingga ia akan mendapatkan jalan keluar yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Jika seseorang sudah dapat melakukan rutinitas membaca Al-Qur’an, maka lama kelamaan membaca Al-Qur’an menjadi suatu kebutuhan sehingga Al-Qur’an akan menjadi pedoman untuk hidup bermasyarakat maupun pedoman untuk beribadah kepada Allah Swt. Dari pedoman tersebut, seseorang yang rutin membaca Al-Qur’an akan tercermin secara fisik, dapat dilihat dari tingkah laku yang berakhlak karimah. Secara psikis dapat dilihat dari keimanan, ketakwaan, dan juga rasa tawakal pada Allah.[4]
[1] Syed Mohd Akhirudin et al., 2022 Journal of Syariah and Law, 6(2).
[2] Mintaraga Eman Surya & Isti Istianah, 2022 : Journal of Disaster Risk Studies, 12(1), 1–4.
[3] Muhaimin, Pendidikan Agama Islam Berwawasan Rekonstruksi Sosial (Malang : UIN Malang,20040
[4] Salman rusydie anwar, sembuh dengan al-qur’an (Yogyakarta:safinah,2011), hlm.40
REFERENSI
Syed Yahya, S. M. A., Abu Bakar, A. Y., & Ku Johari, K. S. (2022). Exploring Psychological Well-Being Among Tahfiz Al-Quran Students: Empirical Study Using Psychoeducation Counseling and Therapy. Journal of Syariah and Law, 6(2).
Aksa, F. I. (2020). Islamic Perspectives in disaster: an alternative to changing fatalistic attitudes. Jamba: Journal of Disaster Risk Studies, 12(1), 1–4.
Muhaimin, (2005), Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam:di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Grafindo Persada:Jakarta.
Salman rusydie anwar, sembuh dengan al-qur’an (Yogyakarta:safinah,2011), hlm.40