Tadabbur Al-Qur’an: Jalan Menuju Kedekatan dengan Allah

 

Al-Qur’an bukan sekadar kitab suci yang dibaca dan dihafal, melainkan petunjuk hidup yang sarat dengan hikmah bagi siapa pun yang mau merenunginya. Di balik setiap ayat yang turun, terdapat pesan Ilahi yang dapat dipahami maknanya secara mendalam, salah satunya adalah dengan cara mentadabburinya.Dengan itu mari simak penjelasan di bawah ini!.

Makna Tadabbur

Tadabbur secara bahasa (etimologi) , berasal dari bahasa Arab, yakni دَبَرَ (dabara), terdiri dari huruf dal, ba’ dan ra. Ibnu Faris dalam kitabnya  Maqayis al-Lughah mengartikan dengan penghujung bagi sesuatu, bisa juga berarti di belakang. Pengertian ini juga sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Manzur dalam kitabnya. Selain itu, kata tadabbur berarti mengurus dan merenungkan kesudahan urusan itu. Tadabbur  dapat juga berarti memikirkan serta meneliti akibat di balik perkara. Di dalam kamus al-Munawwir dijelaskan bahwa tadabbur adalah memikirkan dan mempertimbangkan akibatnya (baik dan buruknya). Kata  تَدَبَّرَ sendiri terambil dari bentuk تَفَعَّلَ. Perkataan yang berbentuk تَفَعَّلَ  menunjukkan kepada perbuatan yang dilakukan dengan penuh usaha. Jelas di sini menunjukkan amalan tadabbur memerlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk meneliti maksud ayat secara berulang-ulang kali sehingga mencapai pemahaman makna yang sempurna dan sesuai dengan kehendak Allah Swt. Sementara secara istilah (terminologi), tadabbur menurut Ibnu Kasir adalah memahami makna lafal-lafal al-Qur’an, memikirkan apa yang ayat-ayat al-Qur’an tunjukkan tatkala tersusun, apa yang terkandung di dalamnya, apa yang menjadikan makna-makna al-Qur’an itu sempurna dari segala isyarat dan peringatan yang tidak tampak dalam lafal al-Qur’an, pengambilan manfaat oleh hati dengan tunduk di hadapan nasehat-nasehat al-Qur’an, patuh terhadap perintah-perintahnya, dan pengambilan ibrah darinya[1].

Baca Juga  Menghafal Al-Qur'an dengan Bijak: Manajemen Waktu Adalah Kunci Kesuksesan!

 

Tadabbur bukanlah aktivitas eksklusif para ulama atau ahli tafsir semata. Ia adalah tanggung jawab spiritual setiap Muslim yang ingin menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Dengan tadabbur, seorang hamba akan lebih memahami maksud Allah dalam setiap perintah dan larangan, serta menemukan relevansi ayat-ayat Al-Qur’an dengan kehidupan sehari-harinya. Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa perintah untuk tadabbur dalam al-Qur‘an antara lain terungkap dalam Surat al-Nisâ‘ [4]: 82:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur‘an? Kalau sekiranya al-Qur‘an itu bukan dari sisi Allah,  tentulah mereka akan mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya.”

Perintah tadabbur juga secara tegas difirmankan Allah dalam Surat al-Mu‘minûn [23]: 68:

أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ أَمْ جَاءَهُم مَّا لَمْ يَأْتِ آبَاءَهُمُ الْأَوَّلِين

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?”.

Dalam ayat tersebut disimpulkan bahwa Allah memberitahu dan memerintahkan tadabbur kepada orang-orang munafik dalam firman-Nya dalam Q.S. Muhammad [47]: 24; dan kepada orang orang kafir dalam firman-Nya dalam Q.S. al-Nisâ‘ [4]: 82; kemudian bertanya secara negasi kepada mereka ketika mereka mau mentadabburi al-Qur‘an dimana sekali-kali dengan tadabbur itu mereka tidak akan terjerembab dalam labirin kesesatan (dhalâl); bila demikian keadaannya, maka setiap muslim dewasa maupun anak-anak, lelaki maupun perempuan dan kalangan awam maupun terpelajarnya  hendaknya bersegera untuk mentadabburi al-Qur‘an. Esensi dari tadabbur sendiri adalah memperhatikan dan memikirkan secara seksama agar dapat hidup secara sinergis berdasarkan kandungan al-Qur‘an[2].

Tujuan Tadabbur

Tugas utama Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam sebagai utusan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah menyampaikan (At Tabligh) wahyu risalahNya. Wahyu Allah Subhanahu wa ta’ala yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam harus dipromosikan kepada umat manusia. Wahyu risalah Allah Subhanahu wa ta’ala, harus disampaikan sesampai-sampainya dengan segera dan terus-menerus, dan tuntas.Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala. Pada surat al Maidah/5, 67:

Baca Juga  Inspirasi Tanpa Batas Dalam Al-Qur'an; menggali kalam hikmah dan ilmu dalam kandungan kitab suci

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya: Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak engkau kerjakan (apa yang diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memeliharamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.

Salah satu keistimewaan tadabbur juga adalah kemampuannya menghidupkan hati dan memperkuat hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya. Ketika seseorang memahami makna ayat-ayat yang dibacanya, ia akan merasa seolah-olah Allah sedang berbicara langsung kepadanya, menjadikan hubungan spiritualnya lebih personal dan mendalam. Sebagaimana para sahabat Rasulullah SAW, mereka tidak terburu-buru mengkhatamkan Al-Qur’an. Sebaliknya, mereka berusaha memahami dan mengamalkan setiap ayat sebelum melanjutkan ke ayat berikutnya.[3]

Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk memulai tadabbur. Pertama, niat yang ikhlas, yakni niatkan membaca dan merenungi Al-Qur’an semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kedua, membaca dengan tartil, yaitu membacanya secara perlahan sambil memperhatikan setiap kata dan maknanya. Ketiga, gunakan terjemah dan tafsir, terutama bagi yang belum memahami bahasa Arab, agar dapat memahami isi Al-Qur’an dengan lebih baik melalui terjemahan yang terpercaya dan tafsir yang mendalam. Keempat, merenungkan makna dan pesan dari ayat-ayat yang dibaca, serta memikirkan relevansinya dalam kehidupan pribadi, sosial, dan spiritual. Terakhir, catat dan amalkan, yaitu membuat catatan kecil dari hasil tadabbur dan berusaha mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.[4]

Tadabbur Al-Qur’an bukan sekadar aktivitas intelektual, melainkan perjalanan spiritual yang menghubungkan hati manusia dengan firman Tuhan. Melalui tadabbur, kita tidak hanya memahami isi Al-Qur’an secara maknawi, tetapi juga merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. Tadabbur menghidupkan hati, memperdalam keimanan, dan membimbing langkah agar selaras dengan kehendak Ilahi. Semoga kita semua senantiasa diberi taufik untuk menjadikan tadabbur sebagai bagian dari kehidupan kita, dan melalui Al-Qur’an, kita semakin dekat dengan Allah SWT.

Baca Juga  Ayat-Ayat Perang dalam Al-Qur'an: Konteks atau Kekerasan?

 

 

 

 

 

[1] Amir Hamzah, Jurnal Perspektif Al-Qur’an tentang Tadabbur (Sinjai: Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai, Jl. Sultan Hasanuddin No. 20 Balangnipa, Sinjai).hal.55.

[2] Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir PERSPEKTIF AL-QUR‘AN TENTANG KONSEP AL-TADABBUR Oleh: Abu Aisyah R.M.hal.2

[3] Budi Suhartawan, “Konsep Tadabbur Al-Qur’an Perspektif KH. Bachtiar Nasir,” dalam Tafakkur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Ar Rahman Bogor, hlm. 32.

 

[4]  Muhammad Isa Darwis, Tadabbur Al-Qur’an: Menyelami Kedalaman Makna Kalamullah (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 45–53.

 

Share this post
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Pinterest
Komentar

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment