KISAH SAHABAT NABI UKASYAH
Di ceritakan pada suatu riwayat, Rasulullah pernah menunaikan shalat jumat pada satu hari, saat itu kondisi beliau sedang sakit, namun beliau tetap menyempatkan untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid bersama para sahabat yang lainnya, ketika shalat jumat itu usai, Rasulullah pun berdiri dan menaiki mimbar, para sahabat yang lainnya tahu jika saat itu kondisi beliau Rasul sedang tidak baik baik saja, Rasulullah pun berkata di hadapan para sahabat
“Barang siapa di antara kalian yang pernah Aku dzolimi, atau yang pernah Aku sakiti, mintalah qishos kalian kepadaku hari ini, sesungguhnya itu adalah hak yang harus di ambil, dan mungkin sudah tidak lama lagi Aku akan meninggalkan kalian”
Sahabat semua merasa sedih mendengar penuturan Rasulullah, para sahabat tau apa yang dimaksudkan beliau, mengingat kondisi Rasulullah yang saat ini sedang tidak baik baik saja, semua sahabat diam, mereka menunduk dalam dalam, tak sanggup membayangkan bagaimana ketika sang cahaya nya pergi untuk selamanya, namun tanpa di duga seorang sahabat berdiri membuat sahabat yang lainnya menoleh, sahabat itu berkata kepada Rasulullah
“Wahai Rasulullah, Aku ingin meminta hak ku padamu” ujarnya sahabat itu lantang lantang
“Mintalah hak mu hari ini Wahai Ukasyah, Aku akan memenuhinya”
“Pada suatu perang engkau pernah tanpa sengaja cambuk kuda mu mengenai punggungku”
Mendengar penuturan sahabat bernama Ukasyah itu membuat para sahabat merasa geram, bagaimana mungkin ia meminta hak nya disaat keadaaan Rasulullah sedang sakit, sontak Umar bin khattab yang saat itu berada di sana pun segera berdiri
“Wahai Ukasyah, apakah kau tidak tahu jika Rasulullah saat ini sedang sakit?” Umar bin khattab pun memarahinya, namun Rasulullah berkata kepada Umar
“Wahai Umar, duduklah kembali, ini adalah urusanku dengan Ukasyah”
Patuh, sahabat Umar bin khattab pun kembali duduk seperti perintah Rasulullah, Rasulullah pun memerintahkan salah satu sahabat untuk mengambilkan cambuk seperti yang di maksud oleh Ukasyah, tak menunggu lama lagi pun sahabat itu benar benar datang sambil membawa cambuk, lalu menyerahkannya kepada Ukasyah
“Wahai Ukasyah, tunaikanlah qishas itu hari ini, ambillah hak mu sebagaimana Aku mencambuk mu pada saat itu,”Rasulullah berujar kepada Ukasyah dengan tenang meskipun tahu rasa sakit dari cambuk itu akan seperti apa
“Wahai Rasulullah, bagaimana Aku akan mencambukmu jika kau berada di atas sana?” Ukasyah kembali berujar lantang lantang
Mendengar itu Rasulullah pun segera meminta tolong kepada sahabat yang lain agar membantu beliau turun dari mimbar, karna memang saat itu kondisi beliau sangat buruk, sahabat benar benar merasa geram di buat oleh kelakuan ukasyah, Rasulullah pun telah berdiri di hadapan Ukasyah, siap jika sahabat yang satu itu mencambuk untuk mengambil hak nya, namun lagi lagi Ukasyah berujar
“Wahai Rasul, pada saat itu engkau mencambukku dalam keadaan Aku tak mengenakan pakaian”
Ukasyah berujar lagi, suaranya melantang, semakin membuat para sahabat benar benar merasa geram padanya, namun yang di lakukan Rasulullah adalah melepas pakaiannya seperti yang di minta oleh Ukasyah,memperlihatkan bentuk tubuh beliau yang begitu indah, semua sahabat di buat tertegun oleh keindahan itu,namun yang menjadi perhatian kedua para sahabat ialah ketika menyadari bahwa terdapat beberapa batu yang di ikat di perut beliau, menandakan bahwa sedang menahan rasa lapar,
“Wahai ukasyah, Aku telah melakukan seperti yang kau minta, segeralah lakukan qishas mu”Rasulullah kembali berkata kepada Ukasyah, Ukasyah pun maju selangkah menuju Rasulullah, namun tiba tiba seorang sahabat lain berdiri, mencegah, beliau ialah Abu bakar As-shiddiq
“Wahai Ukasyah, Aku adalah orang yang pertama kali masuk islam, cambuklah Aku saja, biarkanlah Rasulullah, berikanlah qishas mu itu padaku”Abu bakar berujar pada Ukasyah, bagaimana bisa Ia mampu melihat Rasulullah yang sedang sakit di cambuk seperti itu,
“Wahai Abu bakar, ini adalah urusanku dengan Ukasyah, duduklah kembali,”Rasulullah pun mencegah apa yang hendak Abu bakar lakukan, namun yang dapat di lakukan sahabat yang paling setia itu adalah kembali patuh, Ukasyah pun kembali hendak mengangkat cambuknya
“Wahai Ukasyah, Aku dulu memang sangat membenci Muhammad,orang yang hendak kau cambuk, namun sekarang Aku sangat mencintainya, cambuklah Aku saja, berikan qishas mu itu padaku” Umar bin Khattab berujar lantang sembari berdiri mencegah Ukasyah, namun dengan keteguhan hati Rasulullah kembali menjawab
“Wahai Umar, ini adalah urusanku dengan Ukasyah,duduklah kembali”
Umar bin Khattab pun hanya bisa pasrah, beliau mematuhi Rasulullah untuk kembali duduk, Ukasyah pun kembali mengangkat cambuknya
“Wahai Ukasyah, sesungguhnya di dalam tubuhku mengalir darah yang sama, melukai ku sama seperti melukai Rasulullah, maka cambuklah Aku saja, berikanlah qishas mu itu padaku”Ali bin abi thalib berdiri dengan lantang mengatakannya, membuat pergerakan uksyah terhenti, namun lagi lagi Rasulullah menjawab dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya,
“Wahai Ali, ini adalah urusanku dengan Ukasyah, duduklah kembali”
ujarnya Rasulullah lagi, Ali pun kembali ke tempat duduknya, bagimanapun Ia akan selalu mamatuhi apapun yang di katakan oleh Rasulullah, Ukasyah kembali melanjutkan, namun tiba tiba dua orang anak kecil datang menghampiri Ukasyah, keduanya menangis walau tak sesenggukan, dua anak kecil itu mendongak menatap Ukasyah dengan kedua mata teduh memohon, bagaimana mereka bisa membiarkan seseorang melukai orang yang begitu mereka cintai dan sayangi
“Wahai paman Ukasyah, kami adalah cucu kesayangan Rasulullah Muhammad, cambuklah kami saja, maka itu sama seperti menyakiti Rasulullah” mereka berujar memohon kepada Ukasyah, siapapun di sana menangis melihatnya, dua anak kecil yang memohon pada seseorang agar tak melukai sang Kakeknya tercinta, melihat itu Rasulullah tersenyum tipis lalu berujar lembut padaa dua cucu kesayangan beliau
“Wahai Hasan dan Husein, sesungguhnya ini adalah urusan ku dengan paman Ukasyah, kalian duduklah kembali” dengan lemah lembut Rasulullah berkata kepada keduanya, dua anak kecil itu hanya bisa terdiam, mereka mematuhi apa yang di perintahkan oleh sang kakek, dan akhirnya kembali duduk ke tempat mereka semula, Ukasyah terdiam sejenak, ia pun kembali mengangkat cambuknya, semua sahabat menunduk tak sanggup menyaksikan apa yang akan di lakukan oleh Ukasyah, namun di detik berikutnya Ukasyah malah membuang cambuk di tangannya ke tanah, dengan gerakan cepat ia memeluk tubuh Rasulullah yang berdiri di hadapannya, membuat semua sahabat terkejut mendapati kelakuan Ukasyah, Ukasyah menangis sejadi jadinya di pelukan Rasulullah, membuat Rasulullah bingung di tempatnya
“Ya Rasulullah, bagaimana Aku bisa mencambuk mu? Bagaimana Aku bisa melukai mu? Sedangkan Aku begitu mencintai mu, bagaimana Aku dapat melakukannya?” Ukasyah berujar di antara tangisannya, memeluk Rasulullah seerat-eratnya, semua sahabat merasa lega melihatnya juga sekaligus merasa haru atas perlakuan Ukasyah barusan, Ukasyah pun melepas pelukan itu lalu menatap Rasulullah
“Maafkan Aku Rasulullah… Maafkanlah Aku, sungguh tak ada niat Aku ingin melukaimu, Aku hanya ingin memelukmu, Aku hanya ingin kulitku menyentuh kulitmu, Aku hanya ingin memelukmu sebelum Engkau pergi untuk selamanya” Ukasyah kembali melanjutkan, mendengar itu pun Rasulullah tersenyum, Beliau memang pernah bersabda, jika barang siapa kulitnya bersentuhan dengan kulitku maka api neraka haram untuknya