Ketika seorang wanita mendirikan universitas pertama di dunia

Di tengah abad ke-9 ketika dunia masih memandang ilmu sebagai hak istimewa kaum pria, di masa-masa patriarki yakni di mana laki-laki memegang kekuasaan dominan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pendidikan, keluarga, politik, ekonomi, dan institusi budaya. Dalam masyarakat patriarkal, peran dan posisi perempuan sering kali dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki, dan keputusan-keputusan penting biasanya dikendalikan oleh pria. Sistem ini juga membentuk norma dan nilai yang membatasi kebebasan serta peluang perempuan untuk berkembang secara setara. Tetapi di saat itu ada seorang wanita yang menorehkan sejarah dengan mendirikan universitas pertama di dunia sebuah tempat di mana ilmu pengetahuan tidak mengenal batas gender, dan mimpi-mimpi perempuan akhirnya menemukan ruang untuk tumbuh. Universitas adalah lembaga pendidikan tinggi yang menyediakan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Keputusannya bukan hanya mengguncang tatanan sosial, tetapi juga menyalakan api perubahan yang tak pernah padam. Keberaniannya bukan sekadar menciptakan ruang belajar, tetapi menyalakan obor yang menerangi dunia hingga kini.

Fatimah  Al-Fihri dikenal sebagai sosok muslimah berkontribusi besar di bidang pendidikan di masa silam. Ia merupakan pendiri madrasah Al-Qarawiyyin atau Universitas Al-Qarawiyyin yang diklaim sebagai salah satu universitas tertua di dunia.

Fatimah Al-Fihri lahir pada 800 Masehi di Kairouan, Tunisia. Ia adalah anak perempuan Abdullah Muhammad Al-Fihri yang tersohor sebagai salah satu pedagang kaya yang berhijrah dari Kairouan, Tunisia, kemudian ke Fes, Maroko di waktu Raja Idris II berkuasa.

Fatimah al-Fihri hidup dalam keluarga yang sangat kaya dan keturunan bangsawan. Meskipun berasal dari keluarga kaya dan bangsawan, mereka memiliki kepedulian dan kepekaan pada sesama yaitu sikap yang menunjukkan perhatian, empati, dan tanggung jawab sosial terhadap orang lain, juga memiliki kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan, kebutuhan, atau situasi orang lain, bahkan tanpa harus diberitahu secara langsung. berupa bantuan secara fisik, emosional, maupun moral, memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sering menyambung silaturahmi dengan semua kalangan dan gemar Memberi. Fatimah al-Fihri mempunyai saudara perempuan yang bernama Maryam. Kakak-beradik ini memperoleh pendidikan mumpuni. Mereka berdua tumbuh dalam lingkungan cinta ilmu, mencintai ilmu-ilmu keagamaan dan juga ilmu umum atau sains, khususnya arsitektur dan bangunan.

Baca Juga  KISAH SAHABAT NABI UKASYAH

Tatkala ayahnya meninggal dunia ia mendapat peninggalan warisan kekayaan yang sangat besar. Dengan penuh tekad dan visi yang jauh ke depan, Fatimah memutuskan untuk tidak sekadar menikmati kekayaan tersebut untuk kepentingan pribadi, melainkan menggunakannya demi kemaslahatan banyak orang. Fatimah memutuskan untuk mendirikan institusi pendidikan yang kelak akan menjadi salah satu lembaga terpenting dalam sejarah dunia Islam dan dunia pada umumnya.

Pada tahun 859 M, Fatimah Al-Fihri memulai pembangunan masjid yang besar di Fez. Masjid ini kemudian berkembang menjadi Universitas Al-Qarawiyyin. Awalnya, masjid ini berfungsi sebagai pusat ibadah dan pembelajaran agama, namun lambat laun, institusi ini berkembang menjadi tempat di mana berbagai disiplin ilmu seperti matematika yakni ilmu yang mempelajari tentang bilangan, struktur, ruang,, dan perubahan, kedokteran yakni ilmu dan praktik yang mempelajari tentang pemeliharaan kesehatan, pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit atau cedera pada manusia yang bertujuan untuk  memulihkan kesehatan serta meningkatkan kualitas hidup seseorang, ilmu Astronomi yakni  ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit seperti bintang, planet, bulan, asteroid,  komet, galaksi, dan seluruh struktur alam semesta, termasuk asal-usul, evolusi, serta pergerakannya. , dan ilmu filsafat juga diajarkan.

Universitas ini menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang menyebarkan pengaruh besar ke seluruh dunia Islam dan bahkan ke Eropa. Bahkan tokoh  terkenal belajar disini seperti Ibnu Khaldun yakni seorang sejarawan, sosiolog, filsuf, dan negarawan Muslim yang Kontribusinya menjadikan Ibnu Khaldun sebagai salah satu tokoh intelektual paling berpengaruh dalam sejarah dunia Islam dan dunia intelektual global

Tidak salah Fatimah dikenal dengan julukan “Umm Al-Banin” yakni ibu dari anak anak karena Dengan warisan kekayaannya, Fatimah membangun lembaga pendidikan ini sebagai tempat menuntut ilmu bagi semua kalangan, melampaui batas-batas gender, etnis, dan status sosial. Keteladanannya menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran besar dalam membangun peradaban dan mencetak generasi penerus yang berilmu dan berakhlak.

Baca Juga  Keteguhan dan Kesyahidan: Perjalanan Akhir Syaikh Sa’id Ramadhan al-Buthi

Universitas al-Qawariyyin terus berkembang sebagai kampus inklusif  yang menjadi sinar pencerah bagi dunia, tanpa diskriminasi yaitu perlakuan yang tidak adil atau berbeda terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan karakteristik tertentu, seperti ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, usia, status sosial, atau disabilitas. Diskriminasi terjadi ketika seseorang diperlakukan secara tidak setara tanpa alasan yang sah, sehingga menghambat hak-hak mereka dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, pelayanan publik, atau hukum. Tindakan diskriminatif dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, dan sering kali berdampak pada ketidakadilan sosial serta ketimpangan kesempatan dalam masyarakat.. Tidak hanya terbuka bagi kalangan Muslim, tapi juga diperuntukkan untuk semua. Banyak mahasiswa beragama Yahudi dan Kristen ikut mengeyam bangku pendidikan di sini.

Fatimah al-Fihri, wanita hebat yang telah mendedikasikan 80 tahun umurnya untuk kemajuan peradaban dunia. Fatimah al-Fihri  wafat pada tahun 266 H/880 M dan meninggalkan peninggalan yang monumental. Namanya tercatat sebagai sosok perempuan yang memiliki cita-cita besar dan kukuh dengan prinsip yang dipegangnya. Wanita Muslim ini meneguhkan darma baktinya bagi umat dan peradaban. Dengan keteguhan iman dan semangat yang kuat, ia tidak hanya berperan sebagai pendidik dan pemimpin, tetapi juga sebagai pelopor perubahan yang menginspirasi banyak generasi. Langkah-langkahnya menunjukkan bahwa kontribusi perempuan dalam membangun masyarakat dan memperkaya peradaban adalah hal yang tak terpisahkan dari sejarah Islam yang agung.

kisah Fatimah al-Fihri menjadi bukti nyata bahwa peran perempuan dalam sejarah peradaban sangatlah besar dan tak bisa diabaikan. Dengan visi jauh ke depan, ia mendirikan Universitas al-Qarawiyyin yang menjadi tonggak awal pendidikan tinggi di dunia, menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan dedikasi tidak mengenal batas gender. Warisan yang ditinggalkannya terus menginspirasi hingga kini, mengingatkan kita bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah satu orang yang berani bermimpi dan bertindak untuk kebaikan umat. Kita patut bersyukur atas warisan luar biasa ini dan berterima kasih kepada para pelopor seperti dirinya yang telah membuka pintu ilmu bagi generasi-generasi setelahnya, termasuk kita hari ini.

Baca Juga  Kisah inspiratif santri dan kyai. Perjalanan mencari perintah sang guru, tentang kerendahan hati dan bagaimana jiwa menemukannya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this post
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Pinterest
Komentar

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment